Prabowo Larang Pejabat Kirim Karangan Bunga Ultah: “Uangnya Lebih Baik Dipakai untuk Rakyat
Beberapa waktu lalu, ketua umum salah satu partai dan tokoh nasional, Prabowo Subianto, kembali mencuri perhatian publik dengan kebijakan anti-konvensional: melarang pejabat atau pendukungnya mengirimkan karangan bunga ucapan ulang tahun. Ia menegaskan bahwa jika ingin memberi hadiah atau ucapan, “lebih baik uangnya digunakan untuk rakyat.”
📌 Latar Belakang dan Pernyataan Resmi

Menjelang hari ulang tahunnya, Prabowo mengeluarkan himbauan agar tidak ada kiriman karangan bunga. “Bagi mereka yang ingin mengirimkan ucapan atau karangan bunga, sebaiknya tidak dikirimkan kepada saya,” ujarnya.
Tempo
Himbauan ini bukan hanya soal menolak bunga, melainkan upaya simbolis untuk mengalihkan perhatian dari bentuk penghormatan yang bersifat formal ke aksi nyata sosial. Menurut Prabowo, dana yang biasanya digunakan untuk bunga dapat dialihkan ke bantuan untuk daerah bencana, program kemanusiaan, atau langsung menyentuh rakyat kecil.
detiknews
+1
Dalam liputan media, meskipun imbauan sudah disampaikan, masih terdapat karangan bunga yang dipajang di depan kediamannya — menunjukkan betapa sulitnya mengubah kebiasaan publik dan protokol politik lama.
detiknews
💡 Makna Simbolis dan Potensi Kritik
Kebijakan ini lebih dari sekadar penolakan bunga — ada beberapa makna yang bisa dibaca:
- Aksi Simbolik Transparansi dan Kesederhanaan
Dengan menolak bunga, Prabowo mencoba menunjukkan sikap rendah hati dan menjauh dari citra politik yang berlebihan. Ia ingin agar perhatian publik tertuju pada substansi: kerja nyata bagi rakyat.
- Mengalihkan Sumber Daya ke Prioritas Sosial
Uangnya yang “biasanya” habis untuk bunga dapat dialihkan ke bidang yang lebih produktif: kesehatan, pendidikan, atau bantuan darurat. Ini pesan agar politik tak sebatas seremoni, tapi punya dampak riil.
- Pengaruh terhadap Etika Politik
Kebijakan ini bisa mendorong pejabat atau partai untuk mempertanyakan nilai hadiah simbolis dan mengurangi pengeluaran yang memunculkan kesan pamer atau pemborosan.
Namun kebijakan semacam ini tak luput dari kritik:
Hasil nyata vs janji: Kritik bisa muncul jika uang yang “dibebaskan dari bunga” tidak benar-benar digunakan untuk rakyat atau disalahgunakan.
Sikap simbol saja: Jika tindakan itu hanya untuk publisitas, tanpa diikuti perubahan substansial, akan dianggap sebagai gestur politik kosong.
Kebiasaan sulit diubah: Budaya memberikan bunga sebagai penghormatan sudah tertanam lama di banyak kalangan — menghentikannya butuh perubahan mental dan budaya politik.
🧭 Relevansi di Konteks Politik Saat Ini
Kebijakan ini bukanlah fenomena tunggal. Di banyak negara, politikus kadang memilih bentuk penghargaan sederhana atau langsung ke masyarakat — yang memberi kesan kedekatan dan kepraktisan.
Di Indonesia, di tengah tuntutan masyarakat akan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi penggunaan dana publik, instruksi seperti ini bisa diterima baik sebagai langkah reformis. Namun implementasinya yang konsisten dan nyatalah yang akan menentukan apakah kebijakan ini — sekecil apapun — punya dampak jangka panjang.
✍️ Kesimpulan
Prabowo melarang pengiriman karangan bunga dalam perayaan ulang tahunnya bukan sekadar gestur anti-protokol, melainkan sinyal bahwa simbolisme tak lagi cukup. Ia menegaskan bahwa uang yang biasa digunakan untuk bunga lebih baik disalurkan langsung ke program untuk rakyat.
Tapi langkah simbolis ini akan diuji: sejauh mana tindakan nyata menyusul, dan bagaimana publik menilai konsistensinya. Bila hanya menjadi wacana tanpa eksekusi, maka ia akan dengan mudah memudar dalam narasi politik. Namun bila dibarengi komitmen nyata, bisa menjadi potret kecil perubahan gaya politik ke arah yang lebih sederhana, terfokus, dan berdampak.
Pingback: Janice Tjen Melaju ke Final Jinan Open 2025 – BERITA TERBARU SENSASIONAL